Print

Peluang dan Tantangan Open Finance di Indonesia

  • 25 April 2024
  • Lintas Sektor
  • Online

Teaser
Latar belakang
  • Era digital telah menggeser pengelolaan data yang dahulu dilakukan secara manual/paperbased, kini beralih menjadi berbasis teknologi sehingga menciptakan kumpulan data elektronik dari berbagai sumber dalam jumlah yang besar (big data). Untuk mengelola big data tersebut, muncul berbagai inovasi yang mempermudah pengelolaan serta transfer data dalam skala besar. Salah satu inovasi tersebut adalah pemanfaatan Application Programming Interface (API) yang memungkinkan pertukaran data secara efisien dan mendorong kehadiran Open Finance sebagai tahap lanjutan dari Open Banking[1].
  • Kehadiran Open Finance memungkin seluruh LJK yang terlibat di ekosistem dapat membuka dan berbagi data melalui Open API. Dengan sumber data yang beragam antara lain data aktivitas perbankan, transaksi e-commerce, pembayaran pajak, pembayaran telekomunikasi, dan data pendukung lainnya, LJK dapat menyusun dan menawarkan produk serta layanan keuangan yang semakin inovatif dan terpersonalisasi sesuai kebutuhan konsumen. Open Finance juga diharapkan dapat meningkatkan akses konsumen ke layanan keuangan yang lebih luas dan membuat keputusan keuangan yang lebih baik dengan memiliki kendali yang lebih besar atas data mereka sendiri. 
  • Di sisi industri, Open Finance juga turut berperan dalam membantu perusahaan dalam meningkatkan fungsi manajemen risiko dan merampingkan proses verifikasi. Salah satu contoh pemanfaatan Open Finance yaitu e-KYC yang membantu lembaga keuangan dalam efisiensi proses verifikasi bagi calon nasabah. Di luar e-KYC, contoh pemanfaatan Open Finance lainnya yaitu Account Aggregation, Innovative Credit Scoring, dan Payment Automation yang dapat meningkatkan efisiensi biaya dan proses bisnis Perusahaan1.
  • Potensi Open Finance di Indonesia masih terbuka lebar salah satunya terkait penyediaan profil finansial nasabah/account aggregation. Berdasarkan riset Katadata Insight Center (KIC), lembaga keuangan yang berpeluang besar menerapkan account aggregation adalah perbankan dengan nilai potensi pasar mencapai sebesar US$92 juta pada 2022. Di urutan berikutnya yaitu industri e-wallet dengan nilai estimasi sebesar US$28,55 juta, industri telekomunikasi sebesar US$22,2 juta, e-commerce sebesar US$21,46 juta, dan P2P lending sebesar US$21,46 juta[2].
  • Di balik potensi yang dimiliki, pemanfaatan Open Finance masih menghadapi beberapa hambatan yang dihadapi. Yang pertama hambatan dari sisi regulasi yakni perlunya dukungan regulasi yang jelas untuk mengatur aspek kelembagaan dan perizinan, perlindungan konsumen serta model bisnis Open Finance. Yang kedua, hambatan dari sisi bisnis yang menyangkut biaya investasi infrastruktur dan kesediaan untuk berbagi data. Yang ketiga, hambatan dari sisi teknis dimana standarisasi API dan keamanan data masih belum optimal. Hambatan terakhir yaitu aspek sosial budaya berupa masih rendahnya tingkat literasi digital dan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Hal ini berdampak pada pemanfaatan teknologi dan layanan keuangan yang tidak tepat sehingga berpotensi terpapar kejahatan social engineering dan pemanfaatan layanan keuangan yang tidak tepat1.
  • Berdasarkan paparan di atas, Open Finance mempunyai peran yang sangat penting baik bagi Industri Jasa Keuangan maupun Masyarakat selaku konsumen. Oleh karena itu, SDM SJK dan Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang tepat terkait pengaturan, pemanfaatan, peluang dan tantangan Open Finance di Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut, perlu dilakukan diskusi maupun pembahasan yang komprehensif dan mendalam dalam bentuk webinar bersama narasumber ahli di bidangnya.


 


[1] Finantier dan Katadata Insight Center. Open Finance Deep Report: Tantangan dan Potensi Open Finance di Indonesia (2022).

[2] Cindy Mutia Annur. Open Finance Bisa Sediakan Profil Finansial Nasabah, Ini Potensi Pasarnya. (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/17/open-finance-bisa-sediakan-profil-finansial-nasabah-ini-potensi-pasarnya. Diakses tanggal 19 Februari 2024).

Objektif
  1. Memberikan pemahaman terkait pengaturan dan pemanfaatan Open Finance bagi Industri Jasa Keuangan di Indonesia.
  2. Memberikan pemahaman terkait peluang dan tantangan Open Finance di Indonesia.
  3. Meningkatkan inovasi pemanfaatan Open Finance di Sektor Jasa Keuangan.
Peserta
Pimpinan dan Pegawai OJK, Perwakilan Industri Jasa Keuangan, Akademisi dan Masyarakat Umum
Pembicara
  • Chiragh Kirpalani (Chief Executive Officer, Ayoconnect)
  • Andi Nirwoto (Direktur Information Technology Bank BTN )
  • Hans Patuwo (Chief Operating Officer, GoTo)