Print

Peluang dan Tantangan Implementasi Blockchain di Industri Jasa Keuangan

  • 24 Maret 2022
  • Lintas Sektor
  • Online

Teaser
Latar belakang
  • Blockchain adalah teknologi yang memanfaatkan komputasi untuk menciptakan kelompok-kelompok atau blok yang saling terhubung satu sama lain. Blok-blok tersebut berisi catatan transaksi serta melacak asset dari sebuah jaringan bisnis. Setiap blok memuat buku besar atau ledger beserta tiga elemen lainnya, yaitu data, hash (fungsi pemetaan data), dan hash dari blok sebelumnya. Jenis data yang digunakan bergantung pada tujuannya, misalnya berisikan seluruh detail transaksi. Sementara itu, hash berisikan data berupa tanda tangan atau sidik jari digital untuk mengidentifikasi suatu blok dan seluruh isinya dalam kode unik tertentu.
  • Blockchain bekerja dengan mencatat informasi yang tidak bisa diubah. Sifat blockchain yang desentralisasi membuat teknologi ini tidak perlu bergantung pada otoritas eksternal untuk validasi dan integritas keaslian data. Proses ini merupakan proses terdesentralisasi yang biasa terjadi di antara node jaringan untuk memastikan informasi tersebut valid.  Setelah proses desenteralisasi, data akan ditambahkan ke dalam blok baru. Setiap bloknya berisikan hash atau kode unik. Kendati rata-rata transaksi blockchain bersifat investasi, faktanya blockchain bisa menyimpan berbagai jenis informasi di dalam blok yang sama.
  • Teknologi blockchain hingga saat ini terus mengalami perkembangan sehingga dapat diaplikasikan ke berbagai sektor antara lain telekomunikasi, properti, media, medis, dan pertanian bahkan hingga sektor jasa keuangan karena sifatnya yang mirip seperti buku kas digital yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun tanpa perantara atau pihak ketiga. Blockchain menjadikan transaksi menjadi lebih transparan sehingga dapat menghindari penyelewengan data, suap ataupun korupsi bahkan pencucian uang apabila diatur secara tepat. Teknologi Blockchain juga dapat membantu mempercepat proses persetujuan transaksi dan penyaluran pinjaman serta mengurangi kompleksitas transaksi.
  • Berdasarkan hasil kajian McKinsey (2019) menyebutkan bahwa perbankan mengeluarkan hingga USD15 miliar - USD20 miliar per tahun untuk penanganan fraud, dan sekitar USD8 miliar untuk penanganan Anti Money Laundering (AML). Dengan implementasi teknologi blockchain diperkirakan akan menghemat biaya operasional perbankan hingga USD1 miliar, dan USD7 – USD9 miliar. Namun begitu, di balik berbagai manfaat yang diperoleh terdapat tantangan dalam implementasi Blockchain. Teknologi ini menimbulkan munculnya berbagai risiko antara lain risiko terhadap stabilitas rupiah, capital outflow seiring dengan mudahnya transaksi lintas negara, pengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan, meningkatnya potensi pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta pembobolan data konsumen oleh pelaku kejahatan siber.
  • Berdasarkan hal tersebut di atas, teknologi blockchain memiliki peran penting dalam mendorong inovasi dan memperbaiki proses bisnis di sektor jasa Keuangan.
Objektif
  1. Memperluas wawasan dan pengetahuan terkait teknologi blockchain.
  2. Memberikan pemahaman kepada peserta bagaimana peluang dan tantangan mengembangkan blockchain di Industri Jasa.
Peserta
Perwakilan Industri Jasa Keuangan, Pimpinan dan Pegawai OJK, Akademisi dan Masyarakat umum.
Pembicara
  • Chia Hock Lai (Co-Founder Global Fintech Institute, Singapore )
  • Asih Karnengsih (Chairwoman Asosiasi Blockchain Indonesia)
  • Ir. Budi Rahardjo MSc., PhD (Technopreneur Bidang Keamanan Informasi)