Print

Strategi Mencegah Serangan Siber

  • 29 Februari 2024
  • Lintas Sektor
  • Online

Teaser
Latar belakang
  • Kasus kejahatan siber yang terjadi di Indonesia menyerang berbagai sektor baik instansi pemerintah maupun swasta, tak terkecuali sektor jasa keuangan. Berdasarkan data dari BSSN, sektor keuangan menduduki urutan ketiga setelah sektor administrasi pemerintahan dan energi, sebagai sektor yang paling banyak mengalami anomali internet. Anomali internet yang terjadi, mayoritas berasal dari serangan ransomware berdasarkan data pemantauan pada tahun 2023, di mana dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware [1]. Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya untuk meningkatkan penanganan keamanan serangan siber sektor jasa keuangan di Indonesia.
  • E-Governance Academy Foundation telah menerbitkan National Cyber Security Index (NCSI) pada tahun 2023, di mana skor indeks keamanan siber Indonesia sebesar 63,64 dari skala 100 atau meningkat sebesar 24,68 poin dibandingkan skor pada tahun 2022 yang hanya sebesar 38,96 poin. Skor ini menempatkan Indonesia pada peringkat 49 dari 176 negara pada tahun 2023, meningkat signifikan dibandingkan pada tahun 2022 yang hanya menduduki peringkat 83 dari 160 negara [2]. Sebagai informasi, NCSI adalah sebuah indeks yang mengukur kesiapan suatu negara dalam melindungi ruang siber dari berbagai aspek, antara lain hukum, kebijakan, organisasi, kapasitas, kerja sama, pendidikan, dan kesadaran. Peningkatan peringkat NCSI Indonesia patut diapresiasi, karena menunjukkan semakin baiknya tingkat kesiapan dan kesadaran masyarakat Indonesia dalam menghadapi ancana serangan siber.
  • Peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya perlindungan terhadap serangan siber juga didukung dengan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) , di mana terdapat penurunan jumlah serangan pada tahun 2023 dengan total sebanyak 279,84 juta dibandingkan serangan pada tahun 2022 yang sebanyak 370,02 juta serangan. Meskipun demikian, pihak BSSN menghimbau agar masyarakat tetap waspada, mengingat antara periode Januari hingga awal Juni 2023, terdapat setidaknya 204 juta anomali trafik yang terjadi di dunia maya.
  • Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dibutuhkan berbagai upaya guna menghadapi tantangan dan ancaman siber yang terjadi di Industri Jasa Keuangan. Oleh karena itu diperlukan webinar dengan narasumber yang kompeten guna mengetahui tren dan strategi dalam mengatasi ancaman keamanan siber sehingga Industri Jasa Keuangan Indonesia semakin resilience terhadap ancaman keamanan siber.


 


[1] Sumber : https://www.jawapos.com/ekonomi-digital/013669836/bssn-sektor-keuangan-peringkat-ketiga-paling-rentan-kejahatan-siber-setelah-administrasi-pemerintahan-dan-energi. Diakses tanggal 18 Januari 2024.

[2] Sumber : http://www.wantiknas.go.id/id/berita/keamanan-siber-indonesia-ke-48-dunia-dan-4-asean#:~:text=Lantas%20bagaimana%20dengan%20Indonesia%3F,yang%20mencapai%2067%2C08%20poin. Diakses tanggal 18 Januari 2024.

Objektif
  1. Memberikan pemahaman mengenai tren insiden keamanan siber yang menyerang industri jasa keuangan saat ini.
  2. Memahami kebijakan dalam rangka menghadapi ancaman terhadap keamanan siber yang berkembang saat ini.
  3. Memahami strategi penanganan ancaman keamanan siber di Industri Jasa Keuangan secara optimal dan efektif.
Peserta
Pimpinan dan Pegawai OJK, Perwakilan Industri Jasa Keuangan, Akademisi dan Masyarakat Umum
Pembicara
  • Ardi Sutedja (Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF))
  • Edit Prima (Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN))
  • Indra Utoyo (Direktur Utama PT Allo Bank)