Print

Outlook Industri Jasa Keuangan di Tahun 2023

  • 10 Januari 2023
  • Lintas Sektor
  • Online

Teaser
Latar belakang
  • Pada tahun 2022 kondisi  perekonomian Indonesia menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per triwulan III tahun 2022 diketahui bahwa nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB mencapai Rp5.091,2 triliun, meningkat 17,70% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp4.325,4 triliun. Selain itu, tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,72% (yoy), meningkat dibanding periode sebelumnya sebesar 3,51% (yoy). Namun begitu, di sisi lain masih terdapat ancaman resesi yang terus meningkat di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat inflasi yang mencapai 5,42% (yoy), jauh dibanding periode sama di tahun sebelumnya yang hanya sebesar 1,75% (yoy).
  • Oleh karena itu, selama tahun 2022 Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebanyak 4 kali. Adapun kenaikan terakhir terjadi di bulan November lalu sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25%. Kenaikan BI rate ini merupakan kebijakan moneter kontraktif guna mengendalikan tingkat inflasi, menarik investor asing untuk menanamkan dananya di Indonesia serta mencegah terjadinya aliran investasi keluar dari dalam negeri, sebagai dampak dari  tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
  • Selain itu, aspek geopolitik global juga masih menjadi tantangan kedepan dimana masih berlangsungnya perang antara Rusia dengan Ukraina yang berdampak kepada terganggunya mata rantai pasok komoditas, serta terjadinya krisis energi dan pangan di beberapa wilayah belahan dunia.
  • Namun begitu, di tengah berbagai kondisi yang penuh dengan tantangan, di tahun 2022 Industri Jasa Keuangan di Indonesia mampu menunjukkan kinerja positif. Berdasarkan Siaran Pers OJK tanggal 6 Desember 2022, pada sektor Perbankan, per 31 Oktober 2022 tercatat jumlah penyaluran kredit naik sebesar 11,95% yoy (year on year). Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan kinerja sektor riil. Selain itu risiko kredit NPL yang kecil sebesar 0,78% sebagai akibat penerapan kebijakan restrukturisasi kredit di tahun 2022. Adapun rasio kecukupan modal masih cukup tinggi yaitu sebesar 25,13%, yang  menunjukkan struktur permodalan perbankan yang kuat dalam menghadapi risiko dan mendorong pertumbuhan kredit.
  • Kinerja sektor Pasar Modal juga menunjukkan hasil positif juga, beberapa indikatornya antara lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per tanggal 19 Desember 2022 tercatat 6.779,70, meningkat dibandingkan akhir tahun 2021 yaitu sebesar 6.681,5. Selain itu, nilai kapitalisasi Pasar Modal Indonesia per tanggal 17 Desember 2022 mencapai sebesar Rp 9.330 Triliun dengan jumlah penghimpunan dana melalui penawaran umum saham, obligasi dan sukuk mencapai Rp.226,49 Triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia menunjukkan performance yang sangat baik dan mampu bertahan serta bertumbuh di tengah kondisi global yang tidak menentu. Saat ini, pasar modal sudah menjadi salah satu alternatif instrument investasi yang menarik bagi masyarakat.
  • Berdasarkan data OJK per Oktober 2022, kinerja sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB) juga menunjukkan hasil positif, antara lain ditunjukkan dalam beberapa indikator, yaitu:
    • Perusahaan Asuransi: Struktur permodalan masih cukup kuat yang ditandai dengan dengan tingkat Risk Based Capital (RBC) asuransi jiwa dan asuransi umum sebesar 464,24% dan 313,71%, jauh di atas batas ketentuan sebesar 120%. Adapun total premi tercatat sebesar Rp255,20 triliun, meningkat 1,81% dibanding periode sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sektor Asuransi terus menunjukkan pertumbuhan ditengah ketidakpastian pasar global.
    • Perusahaan Pembiayaan: Nilai outstanding piutang pembiayaan tumbuh 12,17% (yoy) menjadi sebesar Rp402,6 triliun. Selain itu rasio Non Performing Financing (NPF) turun menjadi 2,54% dibandingkan periode September 2022 sebesar 2,58%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas sektor Pembiayaan terus menunjukkan tren pertumbuhan dan memiliki kualitas pembiayaan yang baik.
    • Peer to peer (P2P) Lending: Nilai outstanding pembiayaan tumbuh sebesar 76,8% (yoy), meningkat Rp0,60 triliun dibanding periode September 2022 menjadi Rp49,34 triliunSementara itu, tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) tercatat 2,90%, menurun dibandingkan periode September 2022 sebesar 3,07%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor P2P Lending mencatat pertumbuhan kinerja yang positif.
  • Masih belum jelas buat kita semua, apakah kinerja Industri Jasa Keuangan yang terjadi pada tahun 2022 dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan di tahun 2023 yang akan datang. Untuk itu perlu adanya diskusi dan masukan dari regulator dan para pakar ekonomi dan keuangan mengenai prospek ekonomi Indonesia di tahun 2023 serta dampaknya terhadap kinerja Industri Jasa Keuangan.
Objektif
  1. Memberikan wawasan mengenai prospek dan tantangan ekonomi di tahun 2023;
  2. Melihat prospek kinerja IJK di tahun 2023; dan
  3. Mempersiapkan strategi bagi IJK guna menghadapi potensi ketidakpastian di tahun 2023.
Peserta
Pimpinan dan Pegawai OJK, Perwakilan Industri Jasa Keuangan, Akademisi dan Masyarakat Umum
Pembicara
  • Henry Rialdi (Kepala Departemen Surveillance dan Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi OJK)
  • Firman Mochtar (Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia)
  • Andry Asmoro (Chief Economist Group PT. Bank Mandiri, Tbk.)
  • David E. Sumual (Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk)